Valentine’s Day
Valentine’s
Day adalah hasil ciptaan (budaya) kaum Nasrani. Kemudian dipopulerkan secara internasional (dimasyarakatkan ke seluruh dunia),
dan sampai pula di Indonesia. Acara-acara dalam perayaannya dimeriahkan dengan mengadakan pesta dansa-dansi
berpasang-pasangan dengan saling berciuman, saling berpelukan, menjalin hubungan cinta dengan mengucapkan kata-kata cinta
dan kasih sayang, dan terus berlanjut dengan santapan lezat dan minuman-minuman keras.
Menurut sejarahnya
“Valentine diambl dari anama seorang pemuda Valentino berkebangsaaan Romawi yang hidup pada zaman Kaisar Claudius II
(259-269M). Dia seorang pemuda yang baik dan dermawan, sehingga ia amendapat julukan Saint atau Santo yang disisngkat St.
Pada tanggal 14 Februari 269M ia dihukum mati oleh Kaisar karena menantang kebijakan
larangan kawin muda, dengan alas an para pemuda yang belum kawin harus menjadi tentara perang. Ia dihukum mati karena menikahkan
pasangan-pasangan secara rahasia yang ditantang Kaisar Claudisius. Oleh Paus Claudius pada tahun 469M ditetapkan tanggal 14
Februari sebagai har peringatan kematian St Valentino yang dianggap sebagai tokoh pejuang kasih sayang. Paus Glasius menetapakan
tanggal 14 Februari sebagai peringatan cinta kasih untuk menghormati Saint Valentine (Iramli : “Hari Merah Jambu”,
dalam Kumpulan Cerpen MUSLIMAH, Edisi 28, Tahun III, November 2004, hal 58; SABILI, Th.VII, 23 Pebruari 2001, Lembar Khazanah,
hal 7, Teropong : Valeantines Day, Satanic Day). “Valentine’s Day” disebut “Hari Kasih Sayang”.
Umat Islam
yang mengaku beriman kepada Allah dan RasulNya tidak dbenarkan mengikuti sesuatu (budaya) tanpa pengetahuan yang benar. al
ini dapat disimak dari QS 17:36, 6:116, 2:120.
Umat Islam
tidak dibenarkan melakukan pacara/kegiatan (budaya) orang kafir (non-Muslim). “Barangsiapa yang mengikuti (pola/budaya)
suatu kaum, maka ia termasuk dari golongan tersebut”.
Tokoh ideal,
tokoh idola kasih saynag umat Islam hanyalah Rasulullah saw, yaitu tokoh yang membawa rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam
semesta.
Umat Islam
berkewajiban menyelamatkan diri agar tak hanyut terbawa arus budaya “ikut-ikutan”. Raslllah telah memperingatkan
bahwa nati kelak kalian akan mengikuti jejak langkah orang-orang sesat, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. seingga
seandainya ada d antara mereka yang mask ke lobang biawak, maka kalian pun akan kut masuk ke dalamnya. Bahkan sekiranya ada
di antara mereka yang bersenggama dengan isterinya di jalan raya, maka kalian pun akan ikut melakukannya. Na’udzubillahi
min dzalik. (Simak juga : Mimbar Jum’at ALMSLIMUN, No.3335, Februari 1998).
(BKS9802151115)