Sekitar
Pendidikan (4-9)
Rabu, Sep 30 2009
Tak Berkategori asiahafyenti
7:31 am
4 Extra kurikuler Pendidikan terpadu
dapat berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan agama ( yang objek kajiannya ajaran Islam) sebagai kurikulum inti
plus pengetahuan umum (yang objek kajiannya pemenuhan kebutuhan duniawi)
sebagai kurikulum penunjang (extra kurikuler. Dan dapat pula
berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan umum sebagai
kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai kurikulum penunjang (Sekolah Umum
plus pengetahuan agama). Kurikulum penunjang terdiri
dari mata pelajaran (bidang studi) pilihan (fakultatif) dan sarana penunjang.
Pada madrasah (pondok pesantren) Thawalib/Diniyah di Padang Panjang pada masa
madrasah berkelas (dengan sistim perguruan) sekitar tahun duapuluhan
(1910-1930), sebagai kurikulum inti diajarkan hanya Pengetahuan Agama 9terdiri
dari dua belas macam Ilmu Agama, termasuk bahasa Arab sebagai mata pelajaran
penunjang). Keduabelas macam Ilmu Agama tersebut (beserta buku yang dipakai)
adalah sebagai berikut : # Fiqhi/Hukum Islam (Matan
Taqrib, Fathul Qarib, Muhazzab, Bidayatul Mujtahid). # Ushul
Fiqhi/Ilmu Asas Hukum (Matan Waraqat, Syarah Waraqat, Jam’ul Jawami’). # Tauhid/Ilahiyat (Matan Sanusi, Syarah Sanusi, Umul Barahin,
Risalatut Tauihid). # Tafsir (Jalalain, Baidhawi,
Muhammad ‘Abduh/Rasyid Ridha). # Hadits (Arba’in,
Jawahirul Bukhari, Shahih Bukhari/Muslim). # Musthalah
Hadits (Matan Baiquniah, Syarah Baiquniah). #
Mantiq/Ilmu Tatapikir (Matan Sulam, Syarah Sulam), # Balaghah/Ilmu Seni Sastra
Arab (Ma’ani, Bayan, Badi’) (Jauhar Maknun, Talkhis). #
Sharaf (Matan Bina, Kailani, Taftzani, Ibnu ‘Aqil), Nahwu (Tatabahasa Arab)
(Matan Ajrumiah, Mukhtashar, Syekh Khalid, Azhari, Qatrun Nada). Di
samping buku tersebut di atas, pada madrasah Tarbiyah di Candung Bukittinggi
diajarkan pula buku/kitab : Inayat-al-Thalibin,
al-mahalli (untuk Fiqhi), Ihyaa Ulumud-Din (untuk Tasauf/Ilmu Kerohanian). Sebagai
kurikulum dan sarana penunjang (ekstra kurikuler) pada Madrasah
Thawalib/Diniyah disediakan pula : # Kursus Bahasa
Asing (Belanda, Inggeris, Perancis, Jerman) menurut pilihan/selera
masing-masing. # Taman Bacaan yang memiliki koleksi : buku pengetahuan agama
dan umum, majalah seperti : Fikiran Rakyat, Soeloeh Indonesia Moeda, Daulat
Rakyat, Benih Indonesia, Nationale Comentaten, Peninjauan, Abad ke-XX,
koran/harian seperti : Fajar Asia, Oetoesan Indonesia, Bintang Timoer, Pewarta
Deli, Keng Po, Sin Po, Sin Tik Po. # Organisasi pelajar (semacam OSIS) dengan
kegiatan minggu : latihan muhadharah (belajar
berpidato), pembacaan terjemah karya sastra asing, bimbingan belajar seperti :
seni musik, seni lukis, jahit-menjahit, sulam-menyulam. #
Pendidikan kepanduan (biangnya kepramukaqn) yang sesewaktu melakukan
perkemahan/camping. Kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler
seperti tersebut di atas membuat pelajar dan lulusan/alumni Madrasah
Thawalib/.Diniyah bersikap lebih maju )progressif),
wawasan politiknya lebih luas (militant), lebih banyak terlibat dalam kegiatan
politik praktis menuntut kemerdekaan Indonesia. Juga mereka
dapat kenal dengan karya-karya pujangga perancis, Inggeris seperti Gustave
Flauber, Honore Balzac, Cone Dayle, Charles Dicken. Dewasa
ini ada terdapat kecenderungan perpaduan pendidikan dengan latar belakang
pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai
kurikulum penunjang, sebagaimana terlihat pada Kegiatan Keluarga Remaja Islam
Salman (Karisma) di ITB Bandung setiap pagi Minggu. Sebagai kurikulum
penunjang untuk pelajar sekolah umum (SLTP/SMU) diberikan Materi Mentoring
mingguan, antara lain : membaca al-Qur:an, Pengertian Islam, al-Qur:an Pedoman
hidup, Islam dan Sunnatullah, Sunnah dan Ijtihad, Akhlak Muslim, Akhlak
Terpuji, Akhlak Tercela, Ibadah Praktis, Shalat, Puasa, Zakat, Islam dan
Perspektif Sejarah, Pribadi Muslim, Kepemimpinan, Ibu-Ayah-Anak serta
hubungannya, Pendidikan sepanjang hayat, Tugas Khilafah, Pengertian Dakwah,
Jejak Risalah, Do’a Inti Ibadah, Masalah Islam, Kisah-kisah uswah, Teladan
Muslimah, Adab dalam Islam, Khulafaur-Rasyidin, Shahabat-shahabat Rasulullah,
Mujahid dan Mujtahid, Tauhid, Membina Masjid. Di samping itu diberikan pula
bimbingan belajar : Matematika, IPA, IPS, Bahasa, Ketrampilan :
Kelistrikan/montir, Percetakan/grafika, muballigh/mujadalah/muhadharah,
Kesenian : angklung/drumband, Olahraga : senam massaaal (senam berirama), seni
beladiri, serta Pelayanan Sosial : kunjungan sosial, santunan sosial, bimbingan
keluarga, pelayaanan kesehatan/klinik, dan dilengkapi pula dengan : Pelayanan
buku (perpustakaan), Pelayanan penerbitan (materi pengajian), kebendaharaan :
dana/baitulmal, koperasi remaja (warung pelajar). Pondok
Modern dan Madrasah masa kini merupakan perpaduan pendidikan dengan latar
belakang pengetahuan agama dan pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus
pengajaran ketrampilan sebagai kurikulum penunjang, yang barangkali dapat
disebut sebagai Pondok Kewirastaan seperti yang pernah dirintis di Kandang
Ampek Kayu Tanam (termasuk wilayah INS Mohammad Syafi’I sebelum masa
Kemerdekaan). Di saming upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada
kecenderungan sementara para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk
menerangkan ide, cita, kehendak, keingingan, kemauan ajaran Islam. Ada yang
menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA, Sains, Fisika, Biologi), Ilmu Kesehatan
dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi,
Hukum, Militer, Paedagogik) untuk meneropong, memahami ide ajaran Islam. Muncullah karya-karya ilmiyah yang cukup baik sebagai konsumsi
ekstra kurikuler bagi madrasah Islam dan sekolah umum. 5. Memadukan Islam dan Kurikulum Memadukan “Islam Pedoman Hidup
Yang Lengkap” ke dalam buku pelajaran IPA/IPS (Pasti/Sosial-Budaya). Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media (sarana) untuk
menanamkan/memperkokoh/memperkuat akidah Isslam ke dalam jiwa. Karena
Islam itu merupakan segala-galanya, maka yang penting adalah mengintegrasikan
pendidikan agama ke dalam semua bidang studi (Dr H Aminuddin Rasyad, dkk : “Pengabdian Dalam Bidang Pendidikan”, SESOSOK
PENGAbdi, yabm, Jakarta, 1990, hlm 59). Secara terus menerus perlu dicarikan
metoda yang paling baik untuk : # mengajarkan materi
pokok (aqidah, ibadah, akhlaq, al-Qur:an, hadits, tarikh). # memasukkan
Ilmu-ilmu Islam lewat materi penunjang (Matematika, Fisika, Biologi, IPS dan
IPA). # mengislamkan materi kreatif (Seni,
Olahraga/bermain dan budaya). (Moh Amin Masrur, SIP, Dunia Main) Lahirlah
metoda Iqra (Yogya), metoda Qirati (Semarang), metoda Barqy (Surabaya) sebagai
alternatif metoda belajar al-Qur:an (Tabloid JUM’AT, No.36, Tahun II, 7-20
Muharram 1412H, hlm VII). Pendidik Muslim hendaknya memadukan, menyatukan,
menggabungkan (baik secara formal maupun informal) kurikulum (pengetahuan umum)
dan dasar keislaman (al-Qur:an, Hadits, pengetahuan
agama Islam) dalam memantapkan dan mengokohkan akidah Islam dan kesadaran
beribadah. Pendidik Muslim hendaknya menggabungkan,
menyatukan kurikulum pelajaran dengan kehidupan seorang Muslim dalam
pembentukan pola pikir dan kepribadian yang Islami. Guru Sejarah/Tarikh
hendakanya juga menjelaskan bahwa bagi Allah ada sunnah-kauniyah atau sunnah alam yang tetap beredar dan berjalan atas umat maupun
individu. Guru Sejarah hendaknya juga memberitahukan bahwa
kemajuan dan kemunduran ummat adalah mengikuti sunnatullah. “Bagi
tiap-tiap ummat ada ajal” (Tarjamah QS Yunus 10:49, A’raf 7:34). Pelajaran IPS
direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, tarikh, kisah, riwayat, ibarat,
sehingga pelajaran IPS juga dapat digunakan sebagai sarana untuk membentuk
akhlak karimah, budi luhur mulia, menumbuhkan ruh jihad dan ruh ijtihad. Pelajaran IPS disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang sosial
kemasyarakatan. Pelajaran IPS hendaknya dimanfa’atkan
sebagai wadah sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang dikandung dalam kitab
akhlak. Guru Geografi, Geologi, Geofisika, Kosmografi hendaknya
mengajarkan bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah, Maha Pencipta, Maha
Pengatur, Maha Penguasa, Maha Bijaksana, Maha Tahu, berupaya memberikan
rangsangan untuk tertarik memikirkan, merenungkan kejadian alam ini sebagai
ciptaan Allah. Guru Fisika, Kimia, Biologi hendaknya memanfa’atkan penemuan
ilmiah untuk memantapkan kepercayaan, keyakinan akan kemahaesaan,
kemahabijakan, kemahakuasaan Allah swt, merujuk ke pada ayat al-Qur:an yang
berhubungan dengan itu. Pelajaran IPA direvisi (diproses)
dengan pelajaran tauhid, sehingga pelajaran IPA dapat digunakan sebagai sarana
untuk menanmkan roh akidah, rah tauhid, roh iman. Pelajaran
IPA disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang jagat raya (alam semesta).
Pelajaran IPA hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana
penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kita tauhid. Teori
evolusi Darwin, teori generatio spontanea (dalam bidang studi Biologi), teori
relativitas ( dalam bidang studi Fisika Kwantum)
misalnya pertlu dikonfrontir dengan Islam tentang validitasnya. Teori yasfikud-dima, teori homo homini lupus, teori exploitation de
l’home par l’home, yang lemah mangsa yang kuat, teori seleksi alam perlu
diluruskan. Guru Matematika hendaknya menjelaskan dengan contoh-contoh
yang islami, seperti menjelaskan hitungan bilangan dengan contoh-contoh : Hisab, hitungan zakat, hitungan warisan (faraidh),
menjelaskan cara penulisan skema, grafik, statistik dengan menjelaskan skema
zakat, warisan, statistik jema’ah haji, statistik penduduk negara-negara Islam.
Masalah-masalah hitungan matematika hendaknya dikaitkan
dengan pikiran yang Islami. Teori rente (dalam bidang
studi Matematika dan Ekonomi) perlu dikonfrontir dengan Islam tentang
ke-validitasannya. Pelajaran matematika direvisi (diproses) dengan roh
agama, nafas agama, jiwa agama, sehingga dapat timbul rasa akebanggaan akan
hasil usaha, ciptaan, penemuan para ilmuwan muslim dulu, serta mengenalkan alat
peraga yang bernafas Islam, seperti sajdah, mushalla, mihrab, masjid, menara,
kullah, kolam, sawah, ternak, kiblat, mukenah, dan lain-lain, di samping
segitiga, segiempat, bujur sangkar, trapesium, kubus, kerucvut, dan lain-lain.
Juga mengenalkan hitungan yang bernafaskan Islam, seperti zakat, fitrah, nisab,
hisab, raka’at, dan lain-lain, serta menjauhkan dari hitungan yang di luar
agama, seperti : bunga, rentge, dan lain-lain.
Contoh-contoh untuk Matematika diambil dari alat peraga yang berindikasi identitas
Islam, seperti masjid, menara, sajadah, mukenah, songkok, sarung, faraidh,
zakat, hisab, nisab, hilal, imsak, kiblat, dan sama sekali bersih dari bunga
(rente). Di samping itu juga diperkenalkan dengan
sarjana-sarjana Matematika Muslim dan sumbangannya terhadap Matematika.
(Dalam hubungan sumbangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan, antara lain tertera
pada “Contributions of Islamic Civilation to World Culture” dalam buku
“Muhammad The Educator”, karya Robert L Gullick, Jr, terbitan Institute Of
Islamic Culture, Lahore, Pakistan, 1969 (third impression). Masih dalam
hubungan ini, Muhammad Quthub dalam bukunya “Islam Kini dan Esok”, terbitan
Gema Insani Press, Jakarta, menyebutkan bahwa Ibnu Majid memperkenalkan
peralatan-peralatan kebaharian kepada Fasco da Gama, dan bertindak sebagai
pemandunya meneruskan perjalannya ke wilayah Indonesia. Juga
menyebutkan bahwa orang pertama yang mengekspos kemungkinan pembuatan bom atom
adalah seorang ilmuwan besar mesir yang Muslim Dr Musthafa Musyrifah, setelah
mempelajari teori Einstein pada awal tahun 1930-an). Guru
Bahasa/Sastra hendaknya menyajikan materi bahsan yang berisi pemikiran yang
islami. Pelajaran bahasa direvisi (diproses) dengan
pelajaran akhlak, tarikh yang dapat membangkitkan kecintaan ke pada Rasul dan
Islam, serta menumbuhkan keinginan untuk meneladani tingkah Rasul, yaitu dengan
menyajikan bacaan dan contoh-contoh kalimat yang berjiwa Islam. Guru Kesenian hendaknya menyajikan nyanyian yang bernafaskan Islam.
Pelajaran kesenian dan Olahraga hendaknya disesuaikan dengan
kemauan dan kehendak Islam. Pelajaran
ketrampilan/keprigilan, Kesenian, Olahraga hendaknya dimanfa’atkan sebagai
wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang tersimpan dalam kitab kuning.
Pendidikan Moral hendaknya dapat menumbuhkan sikap mewntal
kreatip. Di samping upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada kecenderungan
sementaraa para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk meneroipong ide,
cita, kehendak, keinginan, kemauan ajaran Islam. Ada yang menggunakan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA, Sains), Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Militer, Paedagogik) untuk
meneropong, memahami ide ajaran Islam. Penerbit buku-buku
Islam hendaknya lebih banyak menerbitkan buku-buku karya ilmiah yang
menggunakan IPA/ips UNTUK MEMAHAMI Islam, yang cukup baik sebagai konsumsi
ekstra kurikuler bagi madrasah agama dan sekolah umum. 6. Bahan kajian
Apakah benar letak geografis mempunyai pengaruh terhadap tradisi, kebiasaan,
adat, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik, watak kesatuan sosial, warna kulit,
bentuk tubuh, kecenderungan, aaktivitas, akhlak, seperti diungkapkan oleh Ibnu
Khaldun (1332-1406) di dalam Muqaddimah Kitab Al-I’barnya hlm 275-344 ? Ibnu
Khaldun stressed the influence of climate and the important bearing of the
natural landscape in moulding civilisation and in determining physical, mental,
and the moral characteristics. He pointed out that persons living near the
equator are dark-skinned because of the intensity of the sun’s rays. He
accounted for the cheerful, carefree, exuherant character of the negroes on the basis of the high temperature of the country.
He found the inhabitants of the temperate zones conspicuous for intelectual and
physical endowments, the prophets and thinkers arose in these middle zones
where dwell the Arabs, Persians, Romans, Greeks, Israelites, Indians and Chines
(Robert L Gullick, Jr : “Muhammad The Educator”, 1969,
hlm 70, TM Usman El-Muhammady : “Islamic Sociologi”, 1951, hlm 18). Apakah benar letak bumi berpengaruh pada ihwal manusia, seperti
diungkapkan Montesquieu (1689-1755) dalam “L’Espirit des Lois” (SUARA
HIDAYATULLA, No.02/X/Juni 1997, hlm 12). Apakah benar
bahwa semua bangsa yang hidup di bawah bayangan udara hangat katulistiwa
semuanya hidup serba malas-malasan. Sedangkan yang hidup di tanah
berempat musim selalu bergiat dan kerja keras ?
(KOMPAS, Senin, 31 Agustus 1992 : “Dari Primitif Ke
Nonblok”). Apakah benar negeri-negeri beriklim panas (tropis) cenderung
anarkis, sulit diatur, konvensional, semaraut, cupet (picik), emosional ? (Muhammad Qutub :
“Islam Kini dan Esok”, 1994, hlm 91). Apakah benar, bahwa
etos kerja sebagai tradisi yang dimiliki bangsa yang maju dibangkitkan dengan
paksa oleh kondisi alam bermusim salju tempat mereka hidup? Untuk menangkis hawa dingin, musim salju, mereka memerlukan
berlapis-lapis pakaian, perlu makan daging dan minum anggur untuk menghangatkan
tubuh, perlu rumah berdinding tebal dan alat pemanas ruangan. Untuk memenuhi kebutuhan yang berat dan banyak itu mereka mesti
bekerja keras dalam masa hanya enam bulan dalam satu tahun. Sehingga bekerja dan berpikir keras telah menjadi satu kebutuhan
dalam kehidupan mereka. Sebaliknya dengan bangsa
Indonesia yang tinggal di bumi subur khatulistiwa, di mana orang dapat hidup dalam
tradisi bersantai-santai, bahkan bermalas-mala karena tidak membutuhkan banyak
keperluan hidup. Tanpa pakaian dan tidur di alam
terbuka boleh saja. Bekerja di sawah ladang dapat dilakukan pada waktu
sesuka hati, tak ada musim dingin. Di samping itu budaya tolong menolong lebih
mendorong ke sikap saling memanjakan (AA Navis :
“Strategi Pendidikan Nasiona”, KOMPAS, Senin, 7 Agustus 1995, hlm 4, kol 5-9).
Apa benar budaya tolong menolong lebih mendorong ke sikap saling memanjakan ? Apa memang harus ditumbuhkan budaya individualistis ? Apakah kemiskinan mendorong untuk bekerja
keras ataukah untuk bermalas-malas ? Sejak kapan
Eropah, Jepang, maju ? Sejak kapan mereka memiliki
etos kerja ? Sebelum timbulnya revolusi industri di
Eropah, apakah kondisi Eropah lebih maju dari negeri lain ?
Sebelum timbulnya restorasi Meji di Jepang, apakah kondisi Jepang lebih baik
dari negeri lain ? Benarkah bangsa Indonesia ini
bangsa pemalas, seperti yang ditiupkan oleh bangsa Barat, dan kemudian dimamah
mentah-mentah oleh cendekiawan Indonesia sendiri ?
Bagaimana dengan keadaan bangsa Eskimo, Indian, Negro, penghuni gurun Ghobi,
Shara, Kalahari ? (Dalam hubungan
ini patut juga dicatat bahwa orang Australia yang Protestan kebanyakan
keturunan Inggeris, dan mereka umumnya kelas menengah. Sedangkan yang beragama Katolik adalah keturunan Irlandia sabagai
pekerja-pekerja miskin. Simak KOMPAS, Minggu, 16 November 2000, hlm 4 : “John Winston Howard”). Kehadiran George Stephenson,
apakah dapat sambutan hangat, ataukah dapat penolakan masyarakat pada awalnya ? Kehadiran Thomas Alva Edison apakah atas
upaya/kehendak masyarakatnya ataukah semuanya itu hanya semata-mata kehendak Allah ? ( Dan kamu tidak dapat
menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam. Simak QS
at-Takwir 81:29. Man proposes. God disposes. Man does what he can, and God what He will). Dalam Eropa
Modern – menurut Ali Syari’ati yang dikutip Mukti Ali – teknisi-teknisi biasa
saja dapat membawa kemajuan ilmiah, dan kebangkitan rakyat, sedangkan
orang-orang genius menyebabkan kemadegan dan stagnasi. Kenapa ? Genius Habibie, yang lulusan Perguruan Tinggi luar
negeri (Achen Jerman, dengan predikat cum laude, yang puluhan tahun menekuni
riset dan teknologi, namun saka sekali tak membawa kemajuan apa-apa bagi dunia
pendidikan, termasuk IPTEK (meskipun sekedar rakitan pesawat terbang, tetap
saja tertinggal dari dunia maju ?). Muhammad Syafi’I yang bukan seorang genius,
berhasil menciptakan bentuk pendidikan yang sama
sekali baru (INS Kayutanam). Namun sayang, usahanya itu terpaksa terhensti
sampai kini, karena terjadinya pergolakan daerah ( di
Sumater Barat), dan belum ada yang tampil meneruskan usahanya itu. Buku “Kisah
Penemuan Dari Masa Ke Masa” oleh Egon Larsen, sama
sekali tak mampu memotivasi kreativitas siswa dan mahasiswa Indonesia. Apa
benar tidak ada norma type ras coklat seperti yang ada pada bangsa-bangsa kulit
putih dan kulit kuning, sehingga tidak terjadi suatu bentuk peradaban bangsa
kulit coklat ? Apa benar perbedaan fisik merupakan
indikasi perbedaan mental-spirituail, intelektuil, karakter ?
Apa benar sikap lahir menentukan sikap batin ? Apakah
benar kemampuan rohaniah manusia bergantung pada sifat-sifat yang turun-temurun
diwarisi dan betapapun juga pengaruh rangsangan alam sekitarnya, namun reaksi
seseorang terhadap lingkungannya dibatasi dan ditentukan menurut potensinya
pada saat kelhairan ? Seperti yang
diprovokasikan oleh Lstoddard dalam “Dunia Baru Islam”, 1966, hlm 105-107, 115,
138). Perubahan yang diciptakan oleh industrialisasi,
adalah begitu revolusioner, sehingga tideak ada bandingannya dalam sejarah
kebudayaan manapun juga. Perubahan ini adalah teristimewa luar biasa,
ungkap Emery Reves dalam “Anatomy of Peace” (ZA Ahmad :
“Dasar-Dasar Ekonomi Dalam Islam”, 1952, hlm 8). 7 Kenapa Indonesia tetap saja
semakin tertinggal ? Setiap orang,
kumpulan (society), negara mengkonsumsi hasil produksi berbagai orang,
kumpulan, negara. “We can not stand alone”. Tak satu
pun negara yang siap dengan “autarki”. Setiap negara
takut dengan “embargo dan blokade ekonomi”, termasuk Indonesia.
Bagaimana mengatasi kemelut ini (lingkaran setan) secasra realistis
? Dengan pendidikan ? Sudah lelbih lima puluh tahun tumbuh marak berkembang beraneka ragam
Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta, lengkap dengan perpustakaan dan
laboratoriumnya, serta beraneka ragam lembaga riset, penelitian. Bahkan sudah
ratusan ribu (jutaan barangkali ?) pakar dari berbagai
disiplin ilmu, baik lulusan dalan negeri, maupun luar negeri. Namun Indonesia, tetap saja semakin tertinggal berpacu dengan
negara maju, baik ekonomi, IPTEK, sarana militer. Di mana salahnya ? Sebaliknya Jepang yang lebih lima
puluh tahun yang lalu hancur berantakan, kini tampil di depan memimpin ekonomi,
IPTEK sebagai negara maju. Kenapa bisa terjadi demikian ?
Apa yang bisa dijadikan “kambing hitam” sebagai faktor penyebab Indonesia tetap
saja semakin tertinggal dari negara maju ? Apa yang
bisa dibanggakan Indonesia, baik pada masa Orla, maupun pada masa Orba ? (Bks 26-5-98) 8 Studi Islam Sejak menerima wahyu
pertama samapi terakhir, Nabi Muhammad, Rasulullah saw telah mengajarkan
(mendakwahkan) Islam ke pada seluruh ummat manusia, secara sempurna, baik
teoritis (ilmiah) mauapun praktis (amaliah), secara berurutan dari alif sampai
ya, dari alfa sampai omega, dari a sampai zet. “Dan
sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang besar (mulia)” (QS Qalm 68:4).
Sesuai dengan tuntutan zamannya, kini ummat Islam mengajarkan
Islam pada angkatan berikutnya secara estafet melalui bangku pendidikan
(sekolah, madrasah, pesantren). “Ajar didiklah
putera-puterimu. Sesungguhnya mereka itu lahir untuk masa depan (masa
mereka), bukan untuk masa kini 9masamu) (Yunan Nasoetion :
“Mewariskan Semangat Pahlawan”, BULLETIN DAKWAH, No.46, Th ke-XVII, Nopember
1990, hlm 4). Untuk yang tidak sempat duduk di bangku pendidikan, Islam
diajarkan melalui taklim/tarbiyah (bimbingan baca tulis Qur:an,
Studi Islam dasar dan lanjutan, pertama dan atas) dengan silabus (kurikulum)
tertentu untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk seperti kursus, mulai dari yang
pokok (usul) sampai ke cabang (furu’). Jam polanya dan urutan
gelombangnya/angkatannya ditata. “Pesan Rasulullah kepada Mu’adz bin Jabal
ketika mengutusnya ke Yaman : Harus yang pertama anda
ajarkan ke pada mereka tauhid dalam beribadat ke pada Allah. Bila mereka telah
mengerti benar, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan atas mereka
shalat lima waktu tiap sehari semalam. Bila mereka
telah mengerjakan itu, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan
mereka mengeluarkan zakat untuk diberikan ke pada fakir miskin mereka (HR
Bukhari, Muslim) (H Salim Bahreisy : “Tarjamah
al-Lukluk wal-marjan”, jilid I, hlm 9, No,11). Da’i, muballigh, mufti (aparat
dan peragat dakwah) bertugas untuk membaca, memahami situasi, kondisi masalah,
persoalan ummat dalam semua sektor (ideologi, politik, ekonomi, sosial,
pendidikan, pengajaran, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, hukum,
pertahanan, keamanan, militer, dan lain-lain), dan selanjutnya menjelaskan,
menguraikan (mengkhutbahkan, mendakwahkan, mentablighkan, memfatwakan) cara
apenyelesaian, penanggulannya dalaam bentuk Amar-bil-Makruf, Nahi-anil-Munkar,
yang akhirnya tumbuh berkembang dalam bentuk karya nyata (perbaikan
masyarakat). “Da’i, muballigh, mufti bertugas menuntutn ummat bekerja demi keadilan,
dengan bahasanya sesuai dengan zamannya, dan dengan bahasanya (solusinya) yang
diajukannya sejalan dengan tuntutan nilai budaya masyarakat tempatnya berpijak
(kebutuhan zamannya)” (Lukman Hakiem : “Perlunya Revolusi Intelektuil”, SERIAL
MEDIA DAKWAH, No.179, Mei 1989, hlm 57, ulasan buku Dr Ali Syari’ati :
“Membangun Masa Depan Islam; Pesan untuk Para Intelektual Muslim”) “Rasulullah
bersabda : Kami diperintah, supaya berbicara ke pada manusia menurut kadar akal
(kecerdasan) mereka masing-masing” (HR Muslim) (M Natsir : “Fiqhud Dakwah”,
Ramadhani, Semarang, 1984, hlm 162, PANJI MASYARAKAT, No.249, 15 Juni 1978, hlm
30). Kuliah Subuh, baik di Radio, maupun di Televisi
seyogianya berisi tuntunan yang sesuai dengan tuntutan/kebutuhan masa dan
temapt (sesuai makan dan zaman). Problem yang belum terselesaikan
(mauquf) di tangan pemimpin (Penguasa Muslim) akan
menjadi selesai (terpecahkan, tercairkan) dengan ilmunya para ulama (yang
sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti). Hukum yang belum terpecahkan
di tangan qadhi (Penguasa Muslim) akan menjadi terpecahkan, terputuskan
berdasarkan ilmunya (pendapat) para ulama (yang sekaligus berperan sebagai
da’i, muballigh, mufti) (Abu Bakar Muhammad ibnul Husain bin Abdullah al-Ajiriy : “Budi Pekerti Ulama”, terjemah Drs Aliy As’ad,
Menara, Kudus, 1978, hlm 11). (Bks 11-11-92) 9 Dasar-dasar Ilmu Sosial (1)
Dalam sebuah artikel (tanpa nama penulis) dalam PANJI MASYARKAT, No.644 (20
April 1990) halaman 64-65 tercantum antara lain untaian kalimat
: “Hilangnya kesadaran sosial ditunjukkan oleh tidak segera lahirnya
suatu “teori sosial” yang bersumber pada ide kembali ke pada al-Qur:an dan
Sunnah tersebut, kecuali jargon-jargon yang menghibur diri” (hlm 64). Timbul
pertanyaan, apakah memang demikian, dan apakah yang dimaksud dengan “teori
sosial” ? Di tempat lain tercantum :
“Kembali kepada al-Qur:an dan Sunnah, secara teoritis mengharuskan peninjauan
kembali seluruh produk pemikiran muslim sepanjang sejarah” (hlm 65). Kembali
muncul pertanyaan, apakah memang demikian ? Apakah
memang jauh-jauh, memberatkan diri dengan peninjauan kembali seluruh produk
pemikiran muslim sepanjang sejarah untuk kembali ke pada al-Qur:an dan Sunnah ? Apakah tidak cukup dengan hanya meninjau
kembali rumusan prinsip-prinsip (kaidah-kaidah) Syari’at yang sudah tersedia ? Alhamdulillah di antara para
ulama di abad ini telah berupaya bersusah payah menyajikan teori sosial
(politik, ekonomi, hukum, budaya) yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at
Islam. Di Indonesia yang menonjol H Zainal Abidin Ahmad, dengan buah
karyanya antara lain : Negara Adil Makmur menurut Ibnu
Sina, Konsepsi Negara Bermoral Menurut Imam al-Ghazali, Piagam Nabi Muhammad
saw, Ilmu Politik Islam (5 jilid), Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Di Pakistan yang
menonjol Abul A’la al-maududi, dengan buah karyanya antara lain : Hukum Islam
dan Undang-Undang Dasar, Pandangan Hidup Islam, jihad dalam Islam, Khilafah dan
Kerajaan, Dasar-Dasar Ekonomi dalam Islam. Di Mesir yang menonjol Qutub
bersaudara, dengan buah karyanya antara lain : Keadilan sosial dalam Islam
(Sayid Quthub), Masyarakat Islam (Sayid Quthub), manusia antara Materialisme
dan Islam (Muhammad Quthub), Salah Paham Terhadap Islam (Muhammad Quthub). Pada
awal keduabelas tampil al-Ghazali dengan buah karyanya :
Ihya Ulumuddin (The Revivication of The Religious Sciences). Pada awal abad
keduapuluh tampil Muhammad Iqbal dengan buah karyanya :
Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam (Reconstruction of Religious Thought in
Islam). Dalam “Kritik terhadap undang-undang ciptaan manusia”, Abdul Qadir
Audah menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an yang
menjadi asas sistem sosial Islam (hlm 112-126). Dalam “khilafah dan Kerajaan”,
Abul A’la al-Maududi menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an
yang menjadi dasar pemerintahan (politik) dalam Islam (hlm 45-110). Prof Syekh
Thanthawi jauhari menghimpun ayat-ayat al-Qur;an
mengenai Ilmu Pengetahuan Modern dalam bukunya “Al-Qur:an dan Ilmu Pengetahuan
Modern”. Prof Dr OmaR Mohammad al-Tousy al-Syaibany dalam bukunya “Falsafah
Pendidikan Islam” menghimpun ayat-ayat al-Qur:an
tentang prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap jagat raya,
manusia, masyarakat, dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan
pada pemikiran Islam serta Falsafah Akhlak dalam Islam (hlm 55-316). # (Epistemologi
adalah ilmu tentang pengetahuan, ilmu yang memeriksa asal-asal, asas-asas dan
syarat pengetahuan, yang menentukan batas-batyas, alat dan cara
yang sebaiknya dipakai oleh ilmu pengetahuan). Yang menjadi persoalan
: Bagaimana cara ilmu memahami wahyu (baik dalam hal observasi,
kalssifikasi, sistematisasi, generalisasi, informasi, konklusi) ? Bagaimana
metoda deduksinya (dari kaidah umum ke kasus khusus) ?
Bagaimana memahami muncul dan musnahnya generasi masa kini (lokal, regional)
setelah Rasul tiada lagi ? Ajaran Islam (tentang sikap
mental) yang bagaimana yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh
orang-orang yang hidup pada masyarakat industri (masyarakat modern) ? Apakah yang berorientasi masa depan (ukhrawi, pahala,
immateri) ataukah yang berorientasi masa kini (duniawi, materi) ? Mana pula ajaran Islam yang perlu digunakan, dipakai,
diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat neo-feodalisme (yang
lebih paternalistik dari patrimonial, yang lebih menonjolkan bapak angkat dari
anak angkat, yang lebih menonjolkan siapa (person, figure) dari apa (problem,
theme) ? Bagaimana cara ilmu memahami hubungan antara
dosa dan binasa ? Bagaimana merumuskan konsepsi
kesosialan dalam Islam : Keadilan, Kkejujuran
(Amanah), Kepedulian Sosial (wasiat, nasehat), Kesetiakawanan Sosial (ta’awun,
mu’awanah), Kelapangan dada (tasamuh), Kebersamaan (jama’ah, Ummat), Kesatuan
(Ukhuwah), Kekeluargaan (Usrah), dan lain-lain. Pihak Vatikan
yang menjadi pusat agama Katholik bahkan memberikan sikap mengecam terhadap
“The Satanic Verses”. Dalam editorial yang ditulis oleh surat kabar
resmi Vatikan L’OSSERVATORE ROMANO mengungkapkan “orang yang menerima iman
Katholik harus menyesalkan ketidaksopanan dan penghujatan yang tertulis dalam
The Satanic Verses” (SUARA MASJID, Jakarta, No.175, April 1989, hlm 8, Arah Kita : “Mendewakan akal, mengabaikan wahyu”). 1