Sekitar Pendidikan (4-9) Rabu, Sep 30 2009 

Tak Berkategori asiahafyenti 7:31 am

4 Extra kurikuler Pendidikan terpadu dapat berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan agama ( yang objek kajiannya ajaran Islam) sebagai kurikulum inti plus pengetahuan umum (yang objek kajiannya pemenuhan kebutuhan duniawi) sebagai kurikulum penunjang (extra kurikuler. Dan dapat pula berupa perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai kurikulum penunjang (Sekolah Umum plus pengetahuan agama). Kurikulum penunjang terdiri dari mata pelajaran (bidang studi) pilihan (fakultatif) dan sarana penunjang. Pada madrasah (pondok pesantren) Thawalib/Diniyah di Padang Panjang pada masa madrasah berkelas (dengan sistim perguruan) sekitar tahun duapuluhan (1910-1930), sebagai kurikulum inti diajarkan hanya Pengetahuan Agama 9terdiri dari dua belas macam Ilmu Agama, termasuk bahasa Arab sebagai mata pelajaran penunjang). Keduabelas macam Ilmu Agama tersebut (beserta buku yang dipakai) adalah sebagai berikut : # Fiqhi/Hukum Islam (Matan Taqrib, Fathul Qarib, Muhazzab, Bidayatul Mujtahid). # Ushul Fiqhi/Ilmu Asas Hukum (Matan Waraqat, Syarah Waraqat, Jam’ul Jawami’). # Tauhid/Ilahiyat (Matan Sanusi, Syarah Sanusi, Umul Barahin, Risalatut Tauihid). # Tafsir (Jalalain, Baidhawi, Muhammad ‘Abduh/Rasyid Ridha). # Hadits (Arba’in, Jawahirul Bukhari, Shahih Bukhari/Muslim). # Musthalah Hadits (Matan Baiquniah, Syarah Baiquniah). # Mantiq/Ilmu Tatapikir (Matan Sulam, Syarah Sulam), # Balaghah/Ilmu Seni Sastra Arab (Ma’ani, Bayan, Badi’) (Jauhar Maknun, Talkhis). # Sharaf (Matan Bina, Kailani, Taftzani, Ibnu ‘Aqil), Nahwu (Tatabahasa Arab) (Matan Ajrumiah, Mukhtashar, Syekh Khalid, Azhari, Qatrun Nada). Di samping buku tersebut di atas, pada madrasah Tarbiyah di Candung Bukittinggi diajarkan pula buku/kitab : Inayat-al-Thalibin, al-mahalli (untuk Fiqhi), Ihyaa Ulumud-Din (untuk Tasauf/Ilmu Kerohanian). Sebagai kurikulum dan sarana penunjang (ekstra kurikuler) pada Madrasah Thawalib/Diniyah disediakan pula : # Kursus Bahasa Asing (Belanda, Inggeris, Perancis, Jerman) menurut pilihan/selera masing-masing. # Taman Bacaan yang memiliki koleksi : buku pengetahuan agama dan umum, majalah seperti : Fikiran Rakyat, Soeloeh Indonesia Moeda, Daulat Rakyat, Benih Indonesia, Nationale Comentaten, Peninjauan, Abad ke-XX, koran/harian seperti : Fajar Asia, Oetoesan Indonesia, Bintang Timoer, Pewarta Deli, Keng Po, Sin Po, Sin Tik Po. # Organisasi pelajar (semacam OSIS) dengan kegiatan minggu : latihan muhadharah (belajar berpidato), pembacaan terjemah karya sastra asing, bimbingan belajar seperti : seni musik, seni lukis, jahit-menjahit, sulam-menyulam. # Pendidikan kepanduan (biangnya kepramukaqn) yang sesewaktu melakukan perkemahan/camping. Kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler seperti tersebut di atas membuat pelajar dan lulusan/alumni Madrasah Thawalib/.Diniyah bersikap lebih maju )progressif), wawasan politiknya lebih luas (militant), lebih banyak terlibat dalam kegiatan politik praktis menuntut kemerdekaan Indonesia. Juga mereka dapat kenal dengan karya-karya pujangga perancis, Inggeris seperti Gustave Flauber, Honore Balzac, Cone Dayle, Charles Dicken. Dewasa ini ada terdapat kecenderungan perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengetahuan agama sebagai kurikulum penunjang, sebagaimana terlihat pada Kegiatan Keluarga Remaja Islam Salman (Karisma) di ITB Bandung setiap pagi Minggu. Sebagai kurikulum penunjang untuk pelajar sekolah umum (SLTP/SMU) diberikan Materi Mentoring mingguan, antara lain : membaca al-Qur:an, Pengertian Islam, al-Qur:an Pedoman hidup, Islam dan Sunnatullah, Sunnah dan Ijtihad, Akhlak Muslim, Akhlak Terpuji, Akhlak Tercela, Ibadah Praktis, Shalat, Puasa, Zakat, Islam dan Perspektif Sejarah, Pribadi Muslim, Kepemimpinan, Ibu-Ayah-Anak serta hubungannya, Pendidikan sepanjang hayat, Tugas Khilafah, Pengertian Dakwah, Jejak Risalah, Do’a Inti Ibadah, Masalah Islam, Kisah-kisah uswah, Teladan Muslimah, Adab dalam Islam, Khulafaur-Rasyidin, Shahabat-shahabat Rasulullah, Mujahid dan Mujtahid, Tauhid, Membina Masjid. Di samping itu diberikan pula bimbingan belajar : Matematika, IPA, IPS, Bahasa, Ketrampilan : Kelistrikan/montir, Percetakan/grafika, muballigh/mujadalah/muhadharah, Kesenian : angklung/drumband, Olahraga : senam massaaal (senam berirama), seni beladiri, serta Pelayanan Sosial : kunjungan sosial, santunan sosial, bimbingan keluarga, pelayaanan kesehatan/klinik, dan dilengkapi pula dengan : Pelayanan buku (perpustakaan), Pelayanan penerbitan (materi pengajian), kebendaharaan : dana/baitulmal, koperasi remaja (warung pelajar). Pondok Modern dan Madrasah masa kini merupakan perpaduan pendidikan dengan latar belakang pengetahuan agama dan pengetahuan umum sebagai kurikulum inti plus pengajaran ketrampilan sebagai kurikulum penunjang, yang barangkali dapat disebut sebagai Pondok Kewirastaan seperti yang pernah dirintis di Kandang Ampek Kayu Tanam (termasuk wilayah INS Mohammad Syafi’I sebelum masa Kemerdekaan). Di saming upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada kecenderungan sementara para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk menerangkan ide, cita, kehendak, keingingan, kemauan ajaran Islam. Ada yang menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA, Sains, Fisika, Biologi), Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Militer, Paedagogik) untuk meneropong, memahami ide ajaran Islam. Muncullah karya-karya ilmiyah yang cukup baik sebagai konsumsi ekstra kurikuler bagi madrasah Islam dan sekolah umum. 5. Memadukan Islam dan Kurikulum Memadukan “Islam Pedoman Hidup Yang Lengkap” ke dalam buku pelajaran IPA/IPS (Pasti/Sosial-Budaya). Semua bidang studi dimanfa’atkan sebagai media (sarana) untuk menanamkan/memperkokoh/memperkuat akidah Isslam ke dalam jiwa. Karena Islam itu merupakan segala-galanya, maka yang penting adalah mengintegrasikan pendidikan agama ke dalam semua bidang studi (Dr H Aminuddin Rasyad, dkk : “Pengabdian Dalam Bidang Pendidikan”, SESOSOK PENGAbdi, yabm, Jakarta, 1990, hlm 59). Secara terus menerus perlu dicarikan metoda yang paling baik untuk : # mengajarkan materi pokok (aqidah, ibadah, akhlaq, al-Qur:an, hadits, tarikh). # memasukkan Ilmu-ilmu Islam lewat materi penunjang (Matematika, Fisika, Biologi, IPS dan IPA). # mengislamkan materi kreatif (Seni, Olahraga/bermain dan budaya). (Moh Amin Masrur, SIP, Dunia Main) Lahirlah metoda Iqra (Yogya), metoda Qirati (Semarang), metoda Barqy (Surabaya) sebagai alternatif metoda belajar al-Qur:an (Tabloid JUM’AT, No.36, Tahun II, 7-20 Muharram 1412H, hlm VII). Pendidik Muslim hendaknya memadukan, menyatukan, menggabungkan (baik secara formal maupun informal) kurikulum (pengetahuan umum) dan dasar keislaman (al-Qur:an, Hadits, pengetahuan agama Islam) dalam memantapkan dan mengokohkan akidah Islam dan kesadaran beribadah. Pendidik Muslim hendaknya menggabungkan, menyatukan kurikulum pelajaran dengan kehidupan seorang Muslim dalam pembentukan pola pikir dan kepribadian yang Islami. Guru Sejarah/Tarikh hendakanya juga menjelaskan bahwa bagi Allah ada sunnah-kauniyah atau sunnah alam yang tetap beredar dan berjalan atas umat maupun individu. Guru Sejarah hendaknya juga memberitahukan bahwa kemajuan dan kemunduran ummat adalah mengikuti sunnatullah. “Bagi tiap-tiap ummat ada ajal” (Tarjamah QS Yunus 10:49, A’raf 7:34). Pelajaran IPS direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, tarikh, kisah, riwayat, ibarat, sehingga pelajaran IPS juga dapat digunakan sebagai sarana untuk membentuk akhlak karimah, budi luhur mulia, menumbuhkan ruh jihad dan ruh ijtihad. Pelajaran IPS disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang sosial kemasyarakatan. Pelajaran IPS hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang dikandung dalam kitab akhlak. Guru Geografi, Geologi, Geofisika, Kosmografi hendaknya mengajarkan bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah, Maha Pencipta, Maha Pengatur, Maha Penguasa, Maha Bijaksana, Maha Tahu, berupaya memberikan rangsangan untuk tertarik memikirkan, merenungkan kejadian alam ini sebagai ciptaan Allah. Guru Fisika, Kimia, Biologi hendaknya memanfa’atkan penemuan ilmiah untuk memantapkan kepercayaan, keyakinan akan kemahaesaan, kemahabijakan, kemahakuasaan Allah swt, merujuk ke pada ayat al-Qur:an yang berhubungan dengan itu. Pelajaran IPA direvisi (diproses) dengan pelajaran tauhid, sehingga pelajaran IPA dapat digunakan sebagai sarana untuk menanmkan roh akidah, rah tauhid, roh iman. Pelajaran IPA disajikan sebagai tafsiran nash-nash tentang jagat raya (alam semesta). Pelajaran IPA hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kita tauhid. Teori evolusi Darwin, teori generatio spontanea (dalam bidang studi Biologi), teori relativitas ( dalam bidang studi Fisika Kwantum) misalnya pertlu dikonfrontir dengan Islam tentang validitasnya. Teori yasfikud-dima, teori homo homini lupus, teori exploitation de l’home par l’home, yang lemah mangsa yang kuat, teori seleksi alam perlu diluruskan. Guru Matematika hendaknya menjelaskan dengan contoh-contoh yang islami, seperti menjelaskan hitungan bilangan dengan contoh-contoh : Hisab, hitungan zakat, hitungan warisan (faraidh), menjelaskan cara penulisan skema, grafik, statistik dengan menjelaskan skema zakat, warisan, statistik jema’ah haji, statistik penduduk negara-negara Islam. Masalah-masalah hitungan matematika hendaknya dikaitkan dengan pikiran yang Islami. Teori rente (dalam bidang studi Matematika dan Ekonomi) perlu dikonfrontir dengan Islam tentang ke-validitasannya. Pelajaran matematika direvisi (diproses) dengan roh agama, nafas agama, jiwa agama, sehingga dapat timbul rasa akebanggaan akan hasil usaha, ciptaan, penemuan para ilmuwan muslim dulu, serta mengenalkan alat peraga yang bernafas Islam, seperti sajdah, mushalla, mihrab, masjid, menara, kullah, kolam, sawah, ternak, kiblat, mukenah, dan lain-lain, di samping segitiga, segiempat, bujur sangkar, trapesium, kubus, kerucvut, dan lain-lain. Juga mengenalkan hitungan yang bernafaskan Islam, seperti zakat, fitrah, nisab, hisab, raka’at, dan lain-lain, serta menjauhkan dari hitungan yang di luar agama, seperti : bunga, rentge, dan lain-lain. Contoh-contoh untuk Matematika diambil dari alat peraga yang berindikasi identitas Islam, seperti masjid, menara, sajadah, mukenah, songkok, sarung, faraidh, zakat, hisab, nisab, hilal, imsak, kiblat, dan sama sekali bersih dari bunga (rente). Di samping itu juga diperkenalkan dengan sarjana-sarjana Matematika Muslim dan sumbangannya terhadap Matematika. (Dalam hubungan sumbangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan, antara lain tertera pada “Contributions of Islamic Civilation to World Culture” dalam buku “Muhammad The Educator”, karya Robert L Gullick, Jr, terbitan Institute Of Islamic Culture, Lahore, Pakistan, 1969 (third impression). Masih dalam hubungan ini, Muhammad Quthub dalam bukunya “Islam Kini dan Esok”, terbitan Gema Insani Press, Jakarta, menyebutkan bahwa Ibnu Majid memperkenalkan peralatan-peralatan kebaharian kepada Fasco da Gama, dan bertindak sebagai pemandunya meneruskan perjalannya ke wilayah Indonesia. Juga menyebutkan bahwa orang pertama yang mengekspos kemungkinan pembuatan bom atom adalah seorang ilmuwan besar mesir yang Muslim Dr Musthafa Musyrifah, setelah mempelajari teori Einstein pada awal tahun 1930-an). Guru Bahasa/Sastra hendaknya menyajikan materi bahsan yang berisi pemikiran yang islami. Pelajaran bahasa direvisi (diproses) dengan pelajaran akhlak, tarikh yang dapat membangkitkan kecintaan ke pada Rasul dan Islam, serta menumbuhkan keinginan untuk meneladani tingkah Rasul, yaitu dengan menyajikan bacaan dan contoh-contoh kalimat yang berjiwa Islam. Guru Kesenian hendaknya menyajikan nyanyian yang bernafaskan Islam. Pelajaran kesenian dan Olahraga hendaknya disesuaikan dengan kemauan dan kehendak Islam. Pelajaran ketrampilan/keprigilan, Kesenian, Olahraga hendaknya dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang tersimpan dalam kitab kuning. Pendidikan Moral hendaknya dapat menumbuhkan sikap mewntal kreatip. Di samping upaya Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ada kecenderungan sementaraa para ahli untuk menggunakan Ilmu Pengetahuan untuk meneroipong ide, cita, kehendak, keinginan, kemauan ajaran Islam. Ada yang menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA, Sains), Ilmu Kesehatan dan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Hukum, Militer, Paedagogik) untuk meneropong, memahami ide ajaran Islam. Penerbit buku-buku Islam hendaknya lebih banyak menerbitkan buku-buku karya ilmiah yang menggunakan IPA/ips UNTUK MEMAHAMI Islam, yang cukup baik sebagai konsumsi ekstra kurikuler bagi madrasah agama dan sekolah umum. 6. Bahan kajian Apakah benar letak geografis mempunyai pengaruh terhadap tradisi, kebiasaan, adat, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik, watak kesatuan sosial, warna kulit, bentuk tubuh, kecenderungan, aaktivitas, akhlak, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun (1332-1406) di dalam Muqaddimah Kitab Al-I’barnya hlm 275-344 ? Ibnu Khaldun stressed the influence of climate and the important bearing of the natural landscape in moulding civilisation and in determining physical, mental, and the moral characteristics. He pointed out that persons living near the equator are dark-skinned because of the intensity of the sun’s rays. He accounted for the cheerful, carefree, exuherant character of the negroes on the basis of the high temperature of the country. He found the inhabitants of the temperate zones conspicuous for intelectual and physical endowments, the prophets and thinkers arose in these middle zones where dwell the Arabs, Persians, Romans, Greeks, Israelites, Indians and Chines (Robert L Gullick, Jr : “Muhammad The Educator”, 1969, hlm 70, TM Usman El-Muhammady : “Islamic Sociologi”, 1951, hlm 18). Apakah benar letak bumi berpengaruh pada ihwal manusia, seperti diungkapkan Montesquieu (1689-1755) dalam “L’Espirit des Lois” (SUARA HIDAYATULLA, No.02/X/Juni 1997, hlm 12). Apakah benar bahwa semua bangsa yang hidup di bawah bayangan udara hangat katulistiwa semuanya hidup serba malas-malasan. Sedangkan yang hidup di tanah berempat musim selalu bergiat dan kerja keras ? (KOMPAS, Senin, 31 Agustus 1992 : “Dari Primitif Ke Nonblok”). Apakah benar negeri-negeri beriklim panas (tropis) cenderung anarkis, sulit diatur, konvensional, semaraut, cupet (picik), emosional ? (Muhammad Qutub : “Islam Kini dan Esok”, 1994, hlm 91). Apakah benar, bahwa etos kerja sebagai tradisi yang dimiliki bangsa yang maju dibangkitkan dengan paksa oleh kondisi alam bermusim salju tempat mereka hidup? Untuk menangkis hawa dingin, musim salju, mereka memerlukan berlapis-lapis pakaian, perlu makan daging dan minum anggur untuk menghangatkan tubuh, perlu rumah berdinding tebal dan alat pemanas ruangan. Untuk memenuhi kebutuhan yang berat dan banyak itu mereka mesti bekerja keras dalam masa hanya enam bulan dalam satu tahun. Sehingga bekerja dan berpikir keras telah menjadi satu kebutuhan dalam kehidupan mereka. Sebaliknya dengan bangsa Indonesia yang tinggal di bumi subur khatulistiwa, di mana orang dapat hidup dalam tradisi bersantai-santai, bahkan bermalas-mala karena tidak membutuhkan banyak keperluan hidup. Tanpa pakaian dan tidur di alam terbuka boleh saja. Bekerja di sawah ladang dapat dilakukan pada waktu sesuka hati, tak ada musim dingin. Di samping itu budaya tolong menolong lebih mendorong ke sikap saling memanjakan (AA Navis : “Strategi Pendidikan Nasiona”, KOMPAS, Senin, 7 Agustus 1995, hlm 4, kol 5-9). Apa benar budaya tolong menolong lebih mendorong ke sikap saling memanjakan ? Apa memang harus ditumbuhkan budaya individualistis ? Apakah kemiskinan mendorong untuk bekerja keras ataukah untuk bermalas-malas ? Sejak kapan Eropah, Jepang, maju ? Sejak kapan mereka memiliki etos kerja ? Sebelum timbulnya revolusi industri di Eropah, apakah kondisi Eropah lebih maju dari negeri lain ? Sebelum timbulnya restorasi Meji di Jepang, apakah kondisi Jepang lebih baik dari negeri lain ? Benarkah bangsa Indonesia ini bangsa pemalas, seperti yang ditiupkan oleh bangsa Barat, dan kemudian dimamah mentah-mentah oleh cendekiawan Indonesia sendiri ? Bagaimana dengan keadaan bangsa Eskimo, Indian, Negro, penghuni gurun Ghobi, Shara, Kalahari ? (Dalam hubungan ini patut juga dicatat bahwa orang Australia yang Protestan kebanyakan keturunan Inggeris, dan mereka umumnya kelas menengah. Sedangkan yang beragama Katolik adalah keturunan Irlandia sabagai pekerja-pekerja miskin. Simak KOMPAS, Minggu, 16 November 2000, hlm 4 : “John Winston Howard”). Kehadiran George Stephenson, apakah dapat sambutan hangat, ataukah dapat penolakan masyarakat pada awalnya ? Kehadiran Thomas Alva Edison apakah atas upaya/kehendak masyarakatnya ataukah semuanya itu hanya semata-mata kehendak Allah ? ( Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam. Simak QS at-Takwir 81:29. Man proposes. God disposes. Man does what he can, and God what He will). Dalam Eropa Modern – menurut Ali Syari’ati yang dikutip Mukti Ali – teknisi-teknisi biasa saja dapat membawa kemajuan ilmiah, dan kebangkitan rakyat, sedangkan orang-orang genius menyebabkan kemadegan dan stagnasi. Kenapa ? Genius Habibie, yang lulusan Perguruan Tinggi luar negeri (Achen Jerman, dengan predikat cum laude, yang puluhan tahun menekuni riset dan teknologi, namun saka sekali tak membawa kemajuan apa-apa bagi dunia pendidikan, termasuk IPTEK (meskipun sekedar rakitan pesawat terbang, tetap saja tertinggal dari dunia maju ?). Muhammad Syafi’I yang bukan seorang genius, berhasil menciptakan bentuk pendidikan yang sama sekali baru (INS Kayutanam). Namun sayang, usahanya itu terpaksa terhensti sampai kini, karena terjadinya pergolakan daerah ( di Sumater Barat), dan belum ada yang tampil meneruskan usahanya itu. Buku “Kisah Penemuan Dari Masa Ke Masa” oleh Egon Larsen, sama sekali tak mampu memotivasi kreativitas siswa dan mahasiswa Indonesia. Apa benar tidak ada norma type ras coklat seperti yang ada pada bangsa-bangsa kulit putih dan kulit kuning, sehingga tidak terjadi suatu bentuk peradaban bangsa kulit coklat ? Apa benar perbedaan fisik merupakan indikasi perbedaan mental-spirituail, intelektuil, karakter ? Apa benar sikap lahir menentukan sikap batin ? Apakah benar kemampuan rohaniah manusia bergantung pada sifat-sifat yang turun-temurun diwarisi dan betapapun juga pengaruh rangsangan alam sekitarnya, namun reaksi seseorang terhadap lingkungannya dibatasi dan ditentukan menurut potensinya pada saat kelhairan ? Seperti yang diprovokasikan oleh Lstoddard dalam “Dunia Baru Islam”, 1966, hlm 105-107, 115, 138). Perubahan yang diciptakan oleh industrialisasi, adalah begitu revolusioner, sehingga tideak ada bandingannya dalam sejarah kebudayaan manapun juga. Perubahan ini adalah teristimewa luar biasa, ungkap Emery Reves dalam “Anatomy of Peace” (ZA Ahmad : “Dasar-Dasar Ekonomi Dalam Islam”, 1952, hlm 8). 7 Kenapa Indonesia tetap saja semakin tertinggal ? Setiap orang, kumpulan (society), negara mengkonsumsi hasil produksi berbagai orang, kumpulan, negara. “We can not stand alone”. Tak satu pun negara yang siap dengan “autarki”. Setiap negara takut dengan “embargo dan blokade ekonomi”, termasuk Indonesia. Bagaimana mengatasi kemelut ini (lingkaran setan) secasra realistis ? Dengan pendidikan ? Sudah lelbih lima puluh tahun tumbuh marak berkembang beraneka ragam Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta, lengkap dengan perpustakaan dan laboratoriumnya, serta beraneka ragam lembaga riset, penelitian. Bahkan sudah ratusan ribu (jutaan barangkali ?) pakar dari berbagai disiplin ilmu, baik lulusan dalan negeri, maupun luar negeri. Namun Indonesia, tetap saja semakin tertinggal berpacu dengan negara maju, baik ekonomi, IPTEK, sarana militer. Di mana salahnya ? Sebaliknya Jepang yang lebih lima puluh tahun yang lalu hancur berantakan, kini tampil di depan memimpin ekonomi, IPTEK sebagai negara maju. Kenapa bisa terjadi demikian ? Apa yang bisa dijadikan “kambing hitam” sebagai faktor penyebab Indonesia tetap saja semakin tertinggal dari negara maju ? Apa yang bisa dibanggakan Indonesia, baik pada masa Orla, maupun pada masa Orba ? (Bks 26-5-98) 8 Studi Islam Sejak menerima wahyu pertama samapi terakhir, Nabi Muhammad, Rasulullah saw telah mengajarkan (mendakwahkan) Islam ke pada seluruh ummat manusia, secara sempurna, baik teoritis (ilmiah) mauapun praktis (amaliah), secara berurutan dari alif sampai ya, dari alfa sampai omega, dari a sampai zet. “Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang besar (mulia)” (QS Qalm 68:4). Sesuai dengan tuntutan zamannya, kini ummat Islam mengajarkan Islam pada angkatan berikutnya secara estafet melalui bangku pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren). “Ajar didiklah putera-puterimu. Sesungguhnya mereka itu lahir untuk masa depan (masa mereka), bukan untuk masa kini 9masamu) (Yunan Nasoetion : “Mewariskan Semangat Pahlawan”, BULLETIN DAKWAH, No.46, Th ke-XVII, Nopember 1990, hlm 4). Untuk yang tidak sempat duduk di bangku pendidikan, Islam diajarkan melalui taklim/tarbiyah (bimbingan baca tulis Qur:an, Studi Islam dasar dan lanjutan, pertama dan atas) dengan silabus (kurikulum) tertentu untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk seperti kursus, mulai dari yang pokok (usul) sampai ke cabang (furu’). Jam polanya dan urutan gelombangnya/angkatannya ditata. “Pesan Rasulullah kepada Mu’adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman : Harus yang pertama anda ajarkan ke pada mereka tauhid dalam beribadat ke pada Allah. Bila mereka telah mengerti benar, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu tiap sehari semalam. Bila mereka telah mengerjakan itu, beritahukanlah pada mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat untuk diberikan ke pada fakir miskin mereka (HR Bukhari, Muslim) (H Salim Bahreisy : “Tarjamah al-Lukluk wal-marjan”, jilid I, hlm 9, No,11). Da’i, muballigh, mufti (aparat dan peragat dakwah) bertugas untuk membaca, memahami situasi, kondisi masalah, persoalan ummat dalam semua sektor (ideologi, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pengajaran, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, hukum, pertahanan, keamanan, militer, dan lain-lain), dan selanjutnya menjelaskan, menguraikan (mengkhutbahkan, mendakwahkan, mentablighkan, memfatwakan) cara apenyelesaian, penanggulannya dalaam bentuk Amar-bil-Makruf, Nahi-anil-Munkar, yang akhirnya tumbuh berkembang dalam bentuk karya nyata (perbaikan masyarakat). “Da’i, muballigh, mufti bertugas menuntutn ummat bekerja demi keadilan, dengan bahasanya sesuai dengan zamannya, dan dengan bahasanya (solusinya) yang diajukannya sejalan dengan tuntutan nilai budaya masyarakat tempatnya berpijak (kebutuhan zamannya)” (Lukman Hakiem : “Perlunya Revolusi Intelektuil”, SERIAL MEDIA DAKWAH, No.179, Mei 1989, hlm 57, ulasan buku Dr Ali Syari’ati : “Membangun Masa Depan Islam; Pesan untuk Para Intelektual Muslim”) “Rasulullah bersabda : Kami diperintah, supaya berbicara ke pada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing” (HR Muslim) (M Natsir : “Fiqhud Dakwah”, Ramadhani, Semarang, 1984, hlm 162, PANJI MASYARAKAT, No.249, 15 Juni 1978, hlm 30). Kuliah Subuh, baik di Radio, maupun di Televisi seyogianya berisi tuntunan yang sesuai dengan tuntutan/kebutuhan masa dan temapt (sesuai makan dan zaman). Problem yang belum terselesaikan (mauquf) di tangan pemimpin (Penguasa Muslim) akan menjadi selesai (terpecahkan, tercairkan) dengan ilmunya para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti). Hukum yang belum terpecahkan di tangan qadhi (Penguasa Muslim) akan menjadi terpecahkan, terputuskan berdasarkan ilmunya (pendapat) para ulama (yang sekaligus berperan sebagai da’i, muballigh, mufti) (Abu Bakar Muhammad ibnul Husain bin Abdullah al-Ajiriy : “Budi Pekerti Ulama”, terjemah Drs Aliy As’ad, Menara, Kudus, 1978, hlm 11). (Bks 11-11-92) 9 Dasar-dasar Ilmu Sosial (1) Dalam sebuah artikel (tanpa nama penulis) dalam PANJI MASYARKAT, No.644 (20 April 1990) halaman 64-65 tercantum antara lain untaian kalimat : “Hilangnya kesadaran sosial ditunjukkan oleh tidak segera lahirnya suatu “teori sosial” yang bersumber pada ide kembali ke pada al-Qur:an dan Sunnah tersebut, kecuali jargon-jargon yang menghibur diri” (hlm 64). Timbul pertanyaan, apakah memang demikian, dan apakah yang dimaksud dengan “teori sosial” ? Di tempat lain tercantum : “Kembali kepada al-Qur:an dan Sunnah, secara teoritis mengharuskan peninjauan kembali seluruh produk pemikiran muslim sepanjang sejarah” (hlm 65). Kembali muncul pertanyaan, apakah memang demikian ? Apakah memang jauh-jauh, memberatkan diri dengan peninjauan kembali seluruh produk pemikiran muslim sepanjang sejarah untuk kembali ke pada al-Qur:an dan Sunnah ? Apakah tidak cukup dengan hanya meninjau kembali rumusan prinsip-prinsip (kaidah-kaidah) Syari’at yang sudah tersedia ? Alhamdulillah di antara para ulama di abad ini telah berupaya bersusah payah menyajikan teori sosial (politik, ekonomi, hukum, budaya) yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam. Di Indonesia yang menonjol H Zainal Abidin Ahmad, dengan buah karyanya antara lain : Negara Adil Makmur menurut Ibnu Sina, Konsepsi Negara Bermoral Menurut Imam al-Ghazali, Piagam Nabi Muhammad saw, Ilmu Politik Islam (5 jilid), Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Di Pakistan yang menonjol Abul A’la al-maududi, dengan buah karyanya antara lain : Hukum Islam dan Undang-Undang Dasar, Pandangan Hidup Islam, jihad dalam Islam, Khilafah dan Kerajaan, Dasar-Dasar Ekonomi dalam Islam. Di Mesir yang menonjol Qutub bersaudara, dengan buah karyanya antara lain : Keadilan sosial dalam Islam (Sayid Quthub), Masyarakat Islam (Sayid Quthub), manusia antara Materialisme dan Islam (Muhammad Quthub), Salah Paham Terhadap Islam (Muhammad Quthub). Pada awal keduabelas tampil al-Ghazali dengan buah karyanya : Ihya Ulumuddin (The Revivication of The Religious Sciences). Pada awal abad keduapuluh tampil Muhammad Iqbal dengan buah karyanya : Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam (Reconstruction of Religious Thought in Islam). Dalam “Kritik terhadap undang-undang ciptaan manusia”, Abdul Qadir Audah menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an yang menjadi asas sistem sosial Islam (hlm 112-126). Dalam “khilafah dan Kerajaan”, Abul A’la al-Maududi menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur:an yang menjadi dasar pemerintahan (politik) dalam Islam (hlm 45-110). Prof Syekh Thanthawi jauhari menghimpun ayat-ayat al-Qur;an mengenai Ilmu Pengetahuan Modern dalam bukunya “Al-Qur:an dan Ilmu Pengetahuan Modern”. Prof Dr OmaR Mohammad al-Tousy al-Syaibany dalam bukunya “Falsafah Pendidikan Islam” menghimpun ayat-ayat al-Qur:an tentang prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap jagat raya, manusia, masyarakat, dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan pada pemikiran Islam serta Falsafah Akhlak dalam Islam (hlm 55-316). # (Epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan, ilmu yang memeriksa asal-asal, asas-asas dan syarat pengetahuan, yang menentukan batas-batyas, alat dan cara yang sebaiknya dipakai oleh ilmu pengetahuan). Yang menjadi persoalan : Bagaimana cara ilmu memahami wahyu (baik dalam hal observasi, kalssifikasi, sistematisasi, generalisasi, informasi, konklusi) ? Bagaimana metoda deduksinya (dari kaidah umum ke kasus khusus) ? Bagaimana memahami muncul dan musnahnya generasi masa kini (lokal, regional) setelah Rasul tiada lagi ? Ajaran Islam (tentang sikap mental) yang bagaimana yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat industri (masyarakat modern) ? Apakah yang berorientasi masa depan (ukhrawi, pahala, immateri) ataukah yang berorientasi masa kini (duniawi, materi) ? Mana pula ajaran Islam yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat neo-feodalisme (yang lebih paternalistik dari patrimonial, yang lebih menonjolkan bapak angkat dari anak angkat, yang lebih menonjolkan siapa (person, figure) dari apa (problem, theme) ? Bagaimana cara ilmu memahami hubungan antara dosa dan binasa ? Bagaimana merumuskan konsepsi kesosialan dalam Islam : Keadilan, Kkejujuran (Amanah), Kepedulian Sosial (wasiat, nasehat), Kesetiakawanan Sosial (ta’awun, mu’awanah), Kelapangan dada (tasamuh), Kebersamaan (jama’ah, Ummat), Kesatuan (Ukhuwah), Kekeluargaan (Usrah), dan lain-lain. Pihak Vatikan yang menjadi pusat agama Katholik bahkan memberikan sikap mengecam terhadap “The Satanic Verses”. Dalam editorial yang ditulis oleh surat kabar resmi Vatikan L’OSSERVATORE ROMANO mengungkapkan “orang yang menerima iman Katholik harus menyesalkan ketidaksopanan dan penghujatan yang tertulis dalam The Satanic Verses” (SUARA MASJID, Jakarta, No.175, April 1989, hlm 8, Arah Kita : “Mendewakan akal, mengabaikan wahyu”). 1