Negara Islam Darussaslam Negara Sejahtera Adil Makmur

Menemukan Pesan Qur:an
Home
Daftar Artikel
Jangan asal meniru
Terpecahnya Umat Islam
Bakti pada Agama Nusa Bangsa
Revolusi atau Evolusi ?
Sosok Busyro Muqaddas
Etika Publik
Malu sudah tak ada lagi
Sudah tak ada lagi malu
Manipulasi terminologi Islam
Fitnah Terbesar
Kaidah Usul Fiqih
Generasi cuek
Kesan Lebaran
Pemberlakuan syari'at Islam
Menuju Islam Merdeka
Seputar Kartosoewirjo
Musibah dan usaha
Demokrasi antara teori dan praktek
Menggenapkan Taurat
Dakwah dan Perubahan
Mencegah timbulnya teroris
Noordin M Top
Politik sekuler
Menghadapi musibah
Wujud surga
Gerakan Menegakkan Syari'at Islam
Manipulasi terminologi Islam
Pancasila dan Islam
Menyikapi takdir
Ekonomi Kapitalis versus Ekonomi Islam
Menunggu Obama dan Osama Berjabat Tangan
Madilog Tan Malaka
Teks Protokol Yahudi
Identitas Amerika
Hari kasih sayang
Program Zionis Yahudi
Panggilan Islam
Kenapa kita kalah orang menang
Pertumpahan darah sepanjang masa
Seputar Yahudi
Dakwah sepanjang masa
Kehancuran
Pesan Qur:an
About Me
Favorite Links
Contact Me
My Resume
New Page Title

Enter subhead content here

Menemukan pesan-pesan Qur:an

 

§         Islam adalah :

o       Agama yang disukai Allah

(“Sesungguhnya agama yang diridhai Allah hanyalah Islam”; QS 3:19)

o       Agama yang sempurna

(“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu”; QS 5:3)

§         Tak pantas beragama selain Islam

(“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya”; QS 3:85)

·        Referensi, rujukan Islam terpelihara sepanjang masa

(“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan alQur:an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”; QS 15:9)

·        Kewajiban, tugas, taanggungjawab yang mengaku beragama Islam untuk mendakwahkan Islam agar diri, keluarga, masyarakat, negara mau diatur oleh Islam, oleh aturan Allah Rabbul’alamin

(“Selama kita hidup, selama iman masih mengalir di seluruh pipa darah kita, tidaklah sekali-kali boleh kita melepaskan cita-cita agar Hukum Allah tegak di dalam alam ini, walaupun di negeri mana kita tinggal. Moga-moga tercapai sekedar apa yang dapat kita capai”; Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, Juzuk VI, 1984:263)

·        Bekal untuk mendakwahkan Islam adalah mengenali, memahami pesan-pesan Qur:an secara utuh

(“Masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhannya”: QS 2:208)

Islam mencakup IPOLEKSOSBUDHANKATIBMIL

·        Inti, saripati pesan-pesan Qur:an adalah beriman kepada Allah dan beriman akan Hari Akhirat serta berbuat kebajikan, melakukan amal saleh

(Simak antara lain QS 2:62, 5:69, 103:1-3, Seruan Rasul sejak Nuh as sampai Muhammad saw)

Iman dan amal saleh menurut yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya, bukan yang dikarang-karang sendiri.

·        Ganjaran bagi siapa yang beriman dan beramal saleh, hidupnya tenang, terjamin, sukses, berhasil, tak was-was, tak cemas, tak merugi, tak gagal, masuk surga

(Simak antara lain QS 103:1-3, 5:69, 2:62, 16:97, 18:88, 19:60, 28:67, 34:37, 40:40, 64:9, 65:11, 2:103, 4:57, 4:122, 4:173, 4:175, 5:9, 5:65, 7:96, 10:9, 13:69, 14:23, 18:30, 18:107, 23:14, 22:23, 22:50, 22:56, 24:55, 29:7, 7:29, 29:58, 30:15, 31:8, 32:19, 35:7, 41:8, 42:22, 45:30, 47:12, 48:29, 57:7, 84:25, 85:11, dan lain-lain)

·        Bekali juga dakwah dengan kekuatan fisik, dana, sarana, logistik yang benar-benar dapat menggentarkan musuh-musuh Allah, musuh-musuh Islam, baik musuh yang terang-terangan, maupun musuh-musuh yang sembunyi-sembunyi

(Simak antara lain QS 8:60)

·        Awali, mulailah dengan serius mengenali, mempelajari, memahami pesan-pesan Qur:an

 

(Catatan Asrir Pasir di Perumnas Satu Bekasi, Senin, 19 Maret 2007, 06.00)

 

 

Isi shuhuf Ibrahim dan Musa as

(QS 53:36-37, 87:19)

 

            Dalam shuhuf nabi Ibrahim dan Musa as terdapat peringatan Allah swt kepada seluruh umat manusia. Peringatan pertama tentang hari Akhirat. Peringatan Kedua tentang Kedaulatan Allah swt.

 

            Manusia diperingatkan Allah swt bahwa hari Akhirat itu pasti terjadi. Allah yang menetapkan hari Akhirat (QS 53:47). Alam semesta ini hancur berantakan. Kehidupan dunia berakhir sudah. Bumi bergoncang dahsyat. Isinya tumpah ruah berserakan (QS 101:1-2).

 

            Pada hari akhirat itu setiap oang dimintakan pertanggungjawabannya atas perbuatan yang dilakukannya selama di dunia. Yang berbuat baik menerima balasan baik dan yang berbuat jelek menerima balasan jelek (QS 99:7-8, 101:6-8).. Yang berbuat dosa menanggung dosanya dan yang berbuat bajik menerima pahalanya. Balasan perbuatannya akan diterimanya secara sempurna (QS 53:40-41) tanpa manipulasi. Kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (QS 87:17). Kehidupan akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan.

 

            Peringatan Allah swt yang kedua adalah tentang kedaulatan Allah itu sendiri. Dialah yang berdaulat, berkuasa penuh secara mutlak. Tak ada yang berdaulat selain Dia. Nasib manusia seluruhnya tergantung di tangan Allah (QS 53:42, 112:2). Dialah yang menciptakan alam semesta ini (QS 87:2, 53:49). Dialah Tuhan alam semesta (QS 1:1). Dialah yang menghidupkan tumbuh-tumbuhan (QS 87:4-5). Dialah yang menjadikan manusia tertawa bersukaria, menangis berdukacita (QS 53:43). Dialah yang mematikan dan menghidupkan (QS 53:44), yang menggerakkan dan mendiamkan semuanya. Dialah yang menciptakan laki-laki dan perempuan (QS 53:45-46), positip dan negatip. Dialah yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan (QS 53:48). Mengayakan yang pantas dikayakan. Memiskinkan yang pantas dimiskinkan. Meluaskan dan menyempitkan rezki. Dialah yang mengetahui yang terang dan yang tersembunyi (QS 87:8). Allah memperingatkan bahwa dialah yang membinasakan mereka-mereka yang membangkang (QS 53:50-54, 54:9-42).

 

(BKS 0704060830)

 

Zhalim (QS 22:45, 22:48)

 

Komunitas zhalim adalah komunitas yang :

(Identitas/criteria AzhZhalim)

Kufur (QS 5:103, 5:44)

Tak beriman kepada Allah (QS 21:6)

Mengingkari keberadaan Allah

Mempersekutukan Allah (QS 4:48, 31:13)

Menukar kebenaran dengan kebatilan (QS 7:162)

Fasiq (QS 7:163, 7:165, 17:16, 29:34, 42:23, 5:47),

Melanggar aturan Allah (QS 7:163)

Durhaka terhadap Allah (QS 17:16, 17:58)

Melanggar aturan Allah (QS 7:163)

Tidak mau mencegah kemunkaran (QS 7:165)

Tidak mau diperingatkan Allah (QS 7:165)

Berlaku bohong

Berbohong kepada Allah (QS 11:18)

Mengarang-ngarang kebohongan tentang Allah (QS11:18, 3:94, 6:24, 6:93, 6:144, 7:37, 10:17, 18:15, 29:68, 61:7)

Menghalangi jalan Allah (QS 11:19)

Menyangkal Hari Akhirat (QS 11:19)

Menyimpangkan jalan Allah (QS 11:19, 6:144)

Menyelewengkan ayat-ayat Allah

Menyangkal ayat-ayat Allah

Mendustakan ayat-ayat Allah (QS 6:21, 18:15, 29:68)

Menghalalkan yang diharamkan Allah (QS 16:116)

Tidak mau menegakkan aturan Allah

Tidak mau menegakkan kebenaran

Melanggar aturan Rasul allah (QS 34:34)

Tidak mau berperang di jalan Allah (QS 4:71-76)

Tidak mau membela orang-orang lemah (QS 4:71-76)

Melakukan tindakan makar (QS 6:123)

Menantang Rasul Allah (QS 7:94)

Smuggling, Menggelapkan, menutupi, menyembunyikan, menghilangkan kebenaran

Bersikap sombong (QS 7:166)

Zhalim (QS 4:45), Semena-mana, Aniaya,Tidak AdilTebang pilih, Korup, Manipulatif

Melakukan perbuatan keji (QS 21;74, 29:31)

 

Imbalan/ganjarana AzhZhalim : (QS 22:45, 22:48)

Mendapat siksaan di dunia (QS 11:20, 6:93, 7:37)

Tidak mendapatkan perlindungan Allah (QS 11:20)

Mengalami kerugian hidup (QS 11:22-22, 10:17, 20:61, 16:116)

 

Hak Asasi Manusia

(Antara Dakwah dan Membiarkan)

 

            Setiap orang memiliki kebabasan nisbi/relatif, bukan kebebasan mutlak/absolut. Kebebasan mutlak hanya milik Yang Maha Mutlak. Setiap orang bebas merdeka berkeyakinan, berpaham, berpandangan sesukanya. Bebas merdeka menjalankan ritual agamanya. Tapi tak bebas merdeka berbuat sesukanya. Kebebasannya hanyalah kebebasan relatif, kebebasan terbatas, kebebasan bertanggungjawab. Kebebasannya dibatasi oleh kesepakatan-kesepakatan. Bentuk kesepakatan itu bisa berbentuk tradisi, konvensi, regulasi. Bebas berbuat baik, berbuat kebajikan, tapi tak bebas berbuat jahat, berbuat kejahatan. Tak bebas melakukan agitasi, provokasi, intimidasi, manipulasi, aborsi, pornoaksi. Bebas menjadi mukmin, juga bebas menjadi kufur (QS 18:29), tapi tak bebas melakukan aktivitas kekufuran, kezhaliman, kemunkaran, kesewang-wenangan.

 

            Dakwah menyeru untuk berbuat baik, berbuat kebaikan dan tidak berbuat jahat, tidak berbuat kejahatan (QS 3:110, 3:104, 3:114, 9:68, 9:71, 31:17). Baik dan jahat itu menurut kesepakatan umum, pendapat umum. Pendapat umum itu haruslah menuruti aturan Allah swt.

 

            Dakwah bukan memaksa, tapi juga bukan membiarkan (QS 2:156, 10:99, 40:14). Tingkat prioritas dakwah dimulai dengan aksi, tindakan persuasif. Jika sikon tak memungkinkan, dilakukan dengan komunikasi argumentatif. Jika juga tak memungkinkan, dilakukan dengan publikasi protes. Seandainya sudah tak ada lagi kemauan untuk melakukan protes, setidaknya protes dalam bentuk bisu-diam, maka sebenarnya sudah tak ada lagi jiwa, semangat dakwah.

 

 

(BKS 0408280845)

 

Bahasa dakwah dan bahasa penerangan

 

            Bahasa dakwah berbeda dengan bahasa penerangan. Bahasa penerangan bersifat informatif, normatif, deskriptif. Tapi bahasa dakwah lebih bersifat seruan, ajakan, himbauan, appeal, tadzkir,  tabligh, ta’lim, tarbiyah, taushiyah. Format, bentuk, kemasan bahasa dakwah mencakup tabsyir, basyir, kabar gembira, reward, hadiah dan taandzir, nadzir, kabar duka, punishment, ancaman. Bahasa dakwah juga bersifat bimbingan, tuntunan.

 

            Susunan bahasa dakwah bisa berbentuk “if condition”, “jika maka”. Menggunakan hukum kausal, hukum sebab akibat dalam kehidupan manusia, baik secara individual, maupun secara social-komunal. Hukum sebab terjadinya musibah, bencana, petaka.

 

            Target dari dakwah adalah agar objek dakwah siap melakukan aksi perubahan mental dari mental gelap, tertutup, zhulumat, ke mental terang, terbuka, nuur.

 

            Bahasa dakwah juga bersifat serius (mujahadah), persuasive (bilhikmah), edukatif (mau’izhah), argumentative (mujadalah). Sepi dari hiburan, lawakan, banyolan, plesetan.

 

(BKS0704031330)

 

 

Meneladani Rasulullah saw

 

Dengan memperingati mauled nabi Muhammad saw, marilah kita mengambil hikmah dana manfa’atnya. Meneladaani sosok pribadi Rasulullah saw, mengamlkan sunnah-sunnahnya dan mencontoh kehidupannya. Maulid nabi kita peringati agar kita kaum Muslimin senantiasa meneladani, mencontoh nabi Muhammad saw dalam segala prilakunya sehari-hari. Jika kita jadi penguasa, jadilah kita penguasa seperti nabi saw. Tidak mengelabui rakyat. Jika kita jadi pengusaha, kita contohlah nabi saw. Jika kita jadi rakyat biasa, kita contohlah kehidupan nabi saw. Tidak menggunduli hutan. Tidak menguras barang tambang. Tidak bersikap arogan. Tidak mencurigai ulama “waritsatul anbiya”. Tidak mencari-cari kesalahan orang. Tidak menyakiti sesama. Tidak agitatif, provokatif, intimidatif, manipulatif.

 

Rasulullah saw sangat mencintai fakir miskin, anak yatim. Hidup bersama orang melarat. Berpihak kepada orang susah. Bagaimanapun Rasulullah tetap adil. Adil kepada yang berpunya, juga adil kepada yang tak berpunya.

 

(Disimak dari “Seandainya Rasulullah Bersama Kita” oleh Ust H Misbaahul Munir, dalam Risalah TABLIGH,No.13, 30 Maret 2007).

 

(BKS 0704091230)

 

Cara berdzikir yang diajarkan Rasulullah saw

 

            Cara berdzikir yang diajarkan Rasulullah saw dapat disimak antara lain dari hadits Ummul Mukminin Juwairiyah binti alHarits, isteri Rasulullah saw (dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pada pasal “Anjuran dan Keutamaan Berdikir”). Juriyah menceritakan bahwa dzikir menurut Rasulullah saw sudah cukup memadai dengan membaca empat ungkapan tasbih berikut sebanyak tiga kali tiga kali : “Subhanallah ‘adada khalqih. Subhanallah ridha nafsih. Subhanallah zinata ‘arsyih. Subhanallah midada kalimatih”.

 

(BSK 0704060900)

 

 

Perbandingan antara mukmin dan kafir (QS 47:1-38)

 

            Amal perbuatan (baik) orang-orang kafir dan yang menghalangi orang-orang dari jalan Allah (agama Islam) sama sekali tak ada nilai (baik)nya disisi Allah. Sedangkan amal perbuatan (baik) oang-orang mukmin dan yang mengerjakan perbuatan baik serta menerapkan ajaran Qur:an memiliki nilai (baik) disisi Allah. Nilainya berupa dihapuskannya nilai dosa, kesalahan, kejahatan dan diperbaikinya kondisi kehidupannya (QS 47:1-2).

 

            Perbedaan penilaian tersebut disebabkan oleh karena :

-         orang-orang kafir mengikuti yang batil, yang salah, yang keliru.

-         Sedangkan orang-orang mukmin mengikuti yang haq, yang benar, yang benar menurut Allah swt (QS 47:3).

 

Dalam suasana perang fisik orang-orang kafir itu harus ditebas, dibantai, dibabat.Bila orang-orang kafir itu telah mengangkat bendera putih, mengaku kalah, maka penebasan, pembantaian, pembabatan dihentikan. Orang-orang kafir itu ditawan. Dalam suasana damai tak ada lagi penebasan, pembantaian, pembabatan (QS 47:4).

 

            Sebenarnya Allah bisa saja membinasakan, memusnahkan orang-orang kafir itu. Tapi Allah menghendaki orang-orang mukmin yang bergerak dinamis, aktif, kreatif menebas, membantai, membabat orang-orang kafir dalam perang fisik. Allah pun sebenarnya bisa saja mengIslamkan manusia seluruhnya. (simak antara lain QS 5:48, 10:99, 11:118, 16:93, 42:8). Allah menghendaki agar alam semesta ini menyaksikan siapa yang sebenarnya mukmin dan yang bukan. Nilai (baik) amal perbuatan syuhada, orang mukmin yang gugur dalam perang fisik terekam rapi. Mereka dibimbing Allah dan kondisi kehidupan mereka diperbaiki Allah. Mereka dimasukkan Allah ke dalam surganya Allah swt (QS 47:4-6).

 

(BKS0703300515)

 

Tuhan Tidak Perlu Dibela

 

            Judul tulisan ini nyontek judul kumpulan tulisan Gus Dur yang semula dimuat di majalah TEMPO. Kunpulan tulisan itu memuat gagasan klasik Gus Dur (yang ditulis selang waktu tahun 1970an hingga 1980an). Ajakan Gus Dur untuk tidak usah membela Tuhan diserukannya pada pertenganan 1982 (KOMPAS MINGGU, Septembert 1999).

 

Allah, Muhammad, Qur:an, Islam sebenarnya tak memerlukan pembelaan. Allah bisa saja membela, melindungi semuanya tanpa bantuan siapa-siapa. Namun rahman dan rahim Allah menghendaki memberi manusia beban tugas dan kewajiban unuk membelaNya, nabiNya, kitabNya, agamaNya. Menugasi manusia agar mau aktif dinamis, bergerak  berjuang melakukan tugas tersebut, menghasilkan kebaikan, berlomba-lomba menghasilkan kebaikan (simak antara lain QS 5:48, 16:93).

 

            Allah sebenarnya bisa saja menciptakan dunia ini seperti surga, aman, tenteram, damai, sentosa, sejahtera. Tapi Allah menghendaki agar manusia itu sendiri aktif bergerak dinamis, kreatif menciptakan keamanan, ketenteraman, kesentosaan, kesejahteraan di dunia ini, bukan bersikap statis, pasif, apaatis. Dunia ini diciptakan Allah untuk perjuangan. Hasilnya nanti dipetik di akhirat.

 

            Allah tak butuh siapa-siapa. Dalam pelajaran sifat duapuluh (sifat Allah swt yang duapuluh) disebutkan bahwa salah satu sifat Allah adalah “berdiri dengan sendirinya”. Salah satu acuannya adalah ayat QS 2:255 yang menyatakan bahwa “Allah tidak merasa berat memelihara keduanya (langit dan bumi)”. Di tempat lain (QS 6:14) dinyatakan bahwa “Dia (Allah) memberi makan dan tidak diberi makan”.

 

            Dengan pikiran, pandangan picik, cetek, dangkal, memang ada ayat-ayat Qur:an yang secara sepintas, secara sekilas seolah-olah Allah itu butuh bantuan yang lain. Ayat QS 2:24, oleh orang-orang yang berpandangan picik, sontok seperti halnya Yahudi Fanhas dipandang bahwa Allah butuh pinjaman (kredit) (Simak asbabun nuzul ayat QS 3:181, 5:64).

 

            Ayat QS 47:7 oleh orang-orang yang berpandangan seperti Fanhas akan dipandang bahwa Allah butuh bantuan, pertolongan, perlindungan, pembelaan. Beban tugas kewajiban untuk membela Allah, nabiNya, kitabNya, agamaNya bukanlah karena Allah tak mampu membelaNya, tapi hanyalah semata-mata karena itulah tugas yang harus diemban agar tampah terlihat nyata siapa yang sebenar-benarnya taat dan patuh kepada Allah dan siapa yang tidak (QS 11:7).

 

(BKS0703301400)

 

 

Tuhan dan bertuhan

 

            Tuhannya Yahudi, Nasrani, Majusi, Atheis, tuhannya semua manusia, tuhannya semua makhluk adalah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Inilah “kalimatun sawa”, titik temu semua agama (Simak antara lain QS 3:64). Perbedaan diantara agama-agama tersebut terletak pada caranya bertuhan, ritualnya bertuhan.

 

            Cara, ritual bertuhan yang benar adalah yang menuruti aturan Tuhan sendiri, aturan Allah Tuhan Yang maha esa. Bukan cara, ritual bertuhan yang dikarang-karang sendiri meskipun oleh pemuka-pemuka agama. Yang terpokok adalah tidak mempertuhankan selain Allah, tidak mempersekutukan Allah. Mempersekutukan Allah dengan yang lain berarti menodai, merusak “kalimatun sawa”, titik temu semau agama itu (Simak antara lain QS 47:2, 5:69, 2w:62).

 

            Konsep ketuhanan yang diusung Soekarno dalam pidato “Lahirnya Pancasila” dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 1 Juni 1945 sebenarnya mengacu pada “kalimatun sawa”, titik temu semua agama. Dalam hubungan ini Soekarno berucap “Masing-masisng orang Indonesia hendaknya berftuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa alMasih. Yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad saw. OraNG Budha menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitabnya yang ada padanya” (Bandingkan dengan seruan QS 5:65).

 

            Gagasan ketuhanan Soekarno ini dirumuskan dalam pasal 29 UUD-45 yang berbunyi : “Negara berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”.

 

            Pada kesempatan lain, dalam pidatonya pada upacara pemberian gelar Doctor Honoris Causa oleh IAIN di Istana Negara, 2 Desember 1964 yang berjudul “Temukan kembali Api Islam”, mengulangi kembali ide, gagasan ketuhanannya : “Tuhan Seru Sekalian Alam. Tuhan dari manusia, binatang-binatang, awan, mega, gunung-gunung, lautan, rumput-rumput, krikil-krikil, matahari, bulan, bintang-bintang. Tuhan dari negara.

 

(BKS0704050615)

 

Label Muslim

 

            Label muslim, Islam, masjid sangat memikat, mempesona, menggoda,menggelitik para elit politik untuk menggunakannya membesarkan perolehan suara dalam pemilu. Ada masanya PKI (Partaai Komunis Indonesia) punya Lokal Islami. PNI (Partai Nasionalis Indonesia) punya Jami’atul Muslimin (Jamus). GOLKAR punya Dewan Masjid Indonesia, Lembaga Karya Dakwah Islam. Dan kini PDIP (Partai Demokrasi Perjuangan) mengusung Baitul Muslimins.

 

            Para elit politik saling berlomba, berkompetisi menggaet tokoh NU, tokoh Muhammadiyah ke pangkuan mereka masing-masing menjadi bintang iklan, bintang promosi, tokoh idola agar warganya mau memberikan suaranya dalam pemilu kepada partainya. Para tokoh NU, tokoh Muhammadiyah dijadikan sebagai pajangan penarik suara warganya dalam pemilu.

 

            Smuanya sebenarnya bukanlah untuk menegakkan Islam, tapi hanyalah untuk memperalat Islam.Semuanya sepi dari semangat Islam. Mereka ini berupa “Jama’ah Masjid Dhirar” masa kini. Simaklah watak anggota “Jama’ah Masjid Dhirar” dalam QS 9:107 yang menyatakan bahwa : “mereka mendirikan masjid untuk menimbulkan kesusahan (terhadap orang-orang mukmin), untuk aktivitas kekafiran, untuk memecah belah kesatuan umat mukmin serta menunggu kehadiran mereka-mereka yang memusuhi Allah dan RasulNya”. Mereka bersumpah “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”.

 

(BKS0704031300)

 

Mental vertikal dan mental horizontal

 

            Budaya dan mental saling berinteraksi. Ada budaya dan mental vertikal, anak-bapak, abdi-ndro. Budaya dan mental vertikal berkembang dalam kultur Jawa. Budaya dan mental vertikal ini sangat bagus diterapkan di rumah tangga, dan sangat cocok dalam kerajaan otokrasi. Tapi kurang bagus diterapkan dalam republik demokrasi.

 

 Ada pula budaya dan mental horizontal, aku-kau, aden-anda. Budaya dan mental horizontal ini berkembang di kultur Minang. Budaya dan mental horizontal ini sangat cocot diterapkan dalam republik demokrasi, dan kurang bagus diterapkan dalam keluarga

 

Pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia, budaya dan mental vertikal sangat terasa sekali. Di mana-mana dijumpai si bung. Ada bung Karno, Bung Hatta, Bung Yamin, Bung Sjahrir. Si bung ini sangat merakyat. Makan dan minum bersama rakyat jembel di pinggir jalan, di kaki lima. Makan minum di kaki lima sama saja nikmatnya dengan makan minum di istana.

 

Namun semangat semacam demikian tak berlangsung lama. Kembali tampil budaya dan semangat horizontal. Tak lagi si bung yang dijumpai, tapi Sang Bapak. Ada Pak karno, Pak Hatta, Pak Harto, Pak Domo. Tak lagi merakyat, tak lagi berpihak pada rakyat. Yang ada hanyalah memperalat rakyat. Mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan diri.

 

(BKS 0703221250)

 

 

Semangat Status Quo

 

            Di kalangan kita, semangat status quo sangat kental, sangat dominan. Selalu saja tampil dalam berbagai ujud. Di antara ujud semangat status quo ini berupa keinginan kembali ke UUD-45, keinginan kembali ke jaman orde baru.

 

            Bernostalgia dengan UUD-45, dengan sistim presidensial. Di bawah sistim presidensial dengan UUD-45 stabilitas politik terjamin, gejolak politik terkendali, terpimpin. Pembangunan terlaksana.

 

            Ujud nyata dari semangat kembali ke UUD-45, ke sistim presidensial berupa Dekrit Presiden Sukarno 5 Juli 1959 yang membubarkan konstituante hasil pemilu yang demokratis, bersah, sah.

 

            Akhir-akhir ini semangat kembali ke UUD-45 (tanpa amandemen) pun sangat deras arusnya. Argumentasinya, amandemen terhadap UUD-45 sudah kebablasan, terlalu berlebihan, over produktif. Semangat status quo bisa saja dikemas dalam berbagai bentuk.

 

            Dari naskah UUD-45 secara eksplisit, secara tersurat, termaktub, bahwa UUD-45 tersebut hanyalah sebagai proposal, sebagai saran acuan, bukan sesuatu yang harus mutlak diterima secara penuh.

 

            Dalam aturan tambahan UUD-45 disebutkan dengan tegas agar “Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar”. Bukan untuk mengesahkan UUD-45 tersebut. Tapi karena memang semangatnya semangat status quo, maka dicari-carilah berbagai alas an untuk membenarkannya.

 

            Juga bernostalgia dengan jaman orde baru. Pembangunan terlaksana. Kebebasan bertanggungjawab terujud. Angka pertumbuhan ekonomi meningkat. Pemerintahan stabil. Meskipun sekali lima tahun ada pemilu, namun Presidennya, juga orang-orang Presiden tetap saja berkuasa sepanjang masa orde baru, selama 32 tahun. Pemilu boleh saja terselenggara, namun yang berkuasa tetap saja GOLKAR dengan Soeharto sebagai bigbossnya. Orang-orangnya boleh saja gonta ganti, tapi selalu dari orangnya GOLKAR.

 

            Mental kita ini sebetulnya bukan mental demokratis, mental horizontal, mental “liberte, egalite, fraternite”. Tapi mental kita ini tetap saja mental otokratis, mental vertikal, mental sumuhun dawuh”.

 

(BKS070404020700)

 

IPDN, AKABRI dan UIN

 

            Ada tiga lembaga perguruan tinggi yang melahirkan pemimpin formal. IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) mencetak, melahairkan calon pemimpin sipil di kalangan birokrat pemerintahan. AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) mencetak, melahirkan kader pemimpin militer. UIN (Universitas Islam Negeri) menyiapkan kader pemimpin spiritual.

 

            IPDN semula dibentuk, didirikan, diasuh oleh kalangan militer dan dengan kurikulum mengikuti pola militer. Dalam perkembangannya pola pendidikannya kebablasan, lebih mengarah kepada ketahanan fisik, kekuatan otot, bukan kepada ketahanan mental, kekuatan otak. Lebih militer dari pada militer. Bukan pendidikan kedisiplanan, tapi latihan kekerasan. Berjatuhan koraban akibat latihan ketahanan fisik yang berlebihan.

 

AKABRI dirancang oleh alumnus Akademi Militer Belanda. Kurikulumnya juga mengacu kepada akademi tersebut. Pola militer yang diterapkan lebih pada pendidikan kedisiplinan dan kekuatan fisik. Namun tak pernah ada berita yang memberitakan bahwa ada korban dalam latihan fisik di AKABRI. Mental yang ditularkan adalah mental tunduk, patuh pada atasan, yaitu mental vertikal, bukan mental horizontal, mental demokratis.

 

UIN setelah ergontaganti nama diraancang oleh para alumnus Perguruan Tinggi Barat (Amerika dan Eropah). Pola kurikulumnya lebih menekankan pada bidang kemahiran berfikir, beragumentasi, berfilsafat, lebih pada logika, rasio, otak. Yang lahir di UIN bukan lagi pemimpin spiritual, tetapi pemimpin sekuler, liberal.

 

(BKS07040060830)

 

Hak Veto dan Demokrasi

 

            Unsur demokrasi terangkum dalam semboyah revolusi Perancis “Liberte, Egalite, Fraternite”. Egalite bermakna “duduk sama rendah, tegak sama tinggi”. Namun egalite ini tak tegak di lembaga dunia tertinggi ‘Perserikatan Bangsa-Bangsa” (PBB). Dengan kata lain “demokrasi tak tegak secara utuh di PBB.

 

            Hak veto bagi lima negara anggota tetap Dewan Keamanan bersifat sangat diskriminatif. Selama Hak Veto masih diakui, maka demokrasi hanyalah menurut versi negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB itu. Jika lembaga PBB benar-benar ingin menegakkan demokrasi, maka Hak Veto itu haruslah segera dibuang, dihapuskan.

 

            Selain Hak Veto, ada lagi yang tak menunjang demokrasi. Yaitu konsep, sistim protokoler. Protokoler bertentangan dengan prinsip egalite. Dalam dunia demokrasi maka “protokoler” tersebut juga harus dihapus, dilenyapkan. Jika tidak maka tak ada egalite, tak ada demokrasi.

 

(BKS0704070720)

           

 

Sentra Kajian Islam Sinar Surya

Rencana aktivitas :

 

Ø      # mencari metoda menerapkan konstruksi banguan menurut perspektif Islam.

 

Ø      # mencari metoda memanfa’atkan bidang konstruksi untuk dakwah Islam.

 

Ø      # mendaras, mempelajari, mengkaji alQur:an, mulai dari surah Qaaf (QS 50:45) tentang alQur:an alMajid (QS 50:1).

 

(BKS0703301100)

 

           

 

 

 

 

 

 

           

 

Enter content here

Enter supporting content here